BAB 1
ASAL MULA TANAH
Tanah dan lahan diartikan secara khusus sebagai daratan di permukaan bumi tempat segala bentuk kehidupan berada. Tanah dan lahan adalah bagian terpenting dari ekosistem, karena ia berfungsi sebagai wadah dari segala makhluk hidup yang ada dan berinteraksi satu sama lain diatasnya. Kerusakan dan pencemaran yang terjadi di atasnya akan berpengaruh langsung pada kehidupan kita semua.Mengapa ? Karena tanah dan lahan serta kehidupan di atasnya yang membentuk ekosistem memiliki fungsi-fungsi penting, seperti : pengendalian banjir, penjernihan air, pengendalian pencemaran, pembibitan tanaman, dan lain sebagainya. Bayangkan bila semua fungsi-fungsi ini menurun akibat adanya gangguan. Bisa-bisa kita akan terus menerus dilanda banjir, tidak bisa lagi minum air sumur yang bersih, dan tidak ada tumbuhan yang bisa hidup lagi diatasnya!
Asal Usul Terjadinya tanah
Tanah terjadi dari hasil pelapukan batuan. Oleh karena itu, tanah juga merupakan bagian dari kerak bumi. Batuan lapuk karena berbagai sebab, diantaranya karena perubahan suhu yang naik turun secara berulang. Selain itu, tanah juga terjadi dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati. Lapisan tanah paling atas disebut humus atau bunga tanah. Bagian tersebut merupakan hasil pelapukan dari sisa-sisa makhluk hidup, mungkin lapukan dari daun-daunan, sampah, atau bangkai hewan. Lapisan humus bersifat gembur dan subur. Lapisan tanah di bawahnya berwarna lebih terang dan butirannya lebih berat dan keras.
Jenis-jenis tanah
Dalam ilmu pengetahuan alam, terdapat berbagai jenis tanah diantaranya adalah tanah pasir, tanah kapur, tanah vulkanik dan tanah liat. Setiap jenisnya mempunyai sifat dan kegunaan yang berbeda. Tanah pasir biasanya tidak subur, karena sulit menyimpan air. Tanah pasir berasal dari pelapukan batuan yang telah ada sebelumnya. Tanah pasir biasanya dapat kita temukan di sekitar sungai dan pantai.
Sama seperti tanah pasir, tanah kapur juga termasuk tanah yang tidak subur. Sebagian besar tanah ini mengandung kapur, karenanya tanah kapur sering digunakan untuk industri semen dan industri kapur tulis. Tanah vulkanik berasal dari letusan gunung berapi. Tanah ini banyak ditemukan di daerah yang berada dekat dengan gunung berapi yang pernah meletus. Tanah vulkanik berwarna keabu-abuan, butirannya halus dan ringan. Tidak seperti tanah pasir dan tanah kapur, tanah vulkanik bersifat sangat subur.Jenis tanah terakhir adalah tanah liat. Tanah jenis ini dapat ditemukan pada kedalaman setengah sampai satu meter di dalam tanah. Tanah ini banyak ditemukan di daerah pegunungan dan juga di tebing-tebing sungai. Warna tanah liat hitam kemerahan dan bersifat liat. Tanah liat tidak bersifat subur walaupun kadar airnya cukup. Jika kering, tanah liat menjadi sangat keras dan padat. Banyak orang memanfaatkan tanah liat untuk membuat barang kerajinan seperti guci dan juga patung. Selain itu tanah liat sering digunakan untuk membuat genting dan batu bata.

Cara menyuburkan tanah
Karena terus-menerus ditanami, dipanen, kemudian ditanami lagi dan begitu seterusnya, maka lama-kelamaan tanah akan kehilangan kesuburannya. Hal itulah yang sering dilakukan peladang yang berpindah-pindah. Jika lahan sudah tidak subur, maka peladang akan membuk lahan baru di hutan. Hal seperti tentunya akan merusak lingkungan kita. Oleh karena itu agar kesuburan tanah tetap terjaga perlu dilakukan beberapa hal, yaitu :
1. Pemupukan
2. Rotasi tanaman
3. Melakukan penggemburan tanah
4. Membiarkan tanah didiami cacing.
Pupuk merupakan penyubur tanaman karena menyediakan zat-zat yang diperlukan tanaman. Jenis pupuk yang dikenal saat ini diantaranya adalah pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos dan pupuk buatan. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternak. Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari daun-daunan. Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari daun-daunan atau sisa-sisa tanaman yang dibusukkan. Pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat oleh manusia melalui proses kimia. Contoh pupuk buatan adalah urea dan SP-36. Pemberian pupuk yang berlebihan dapat merusak tanaman, karenanya pemberian pupuk harus memperhatikan aturan dan cara yang telah ditentukan.
Merotasi tanaman merupakan satu hal yang bisa dilakukan untuk mengembalika kesuburan tanah. Rotasi tanaman maksudnya adalah menanam beberapa jenis tanaman misalnya padi-kedelai-jagung. Artinya dalam satu tahun, tanah tidak ditanami padi terus menerus. Hal ini dilakukan agar tanah tidak kekurangan salah satu zat tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam melakukan rotasi tanaman tidak boleh sembarangan, kita harus mengetahui terlebih dahulu sifat tanaman dan juga ditentukan oleh musim.
Tanah yang terus-menerus akan menjadi padat dan kandungan udara menjadi sedikit. Agar tanah tersebut subur kembali perlu dilakukan penggemburan dengan cara mencangkul atau membajak.
Tanah yang didiami hewan cacing dapat menyuburkan tanah. Cacing tanah akan meninggalkan cetakan bekas badan bila ia keluar masuk liangnya. Hal ini mempermudah air masuk ke dalam tanah. Selain itu, tada saat mencari makan, cacing tanah sering menarik daun-daun yang berjatuhan masuk ke dalam tanah. Dengan demikian tanah kemungkinan besar akan menjadi gembur kembali.
BAB 2
KOMPOSISI TANAH
Tanah adalah Campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh dari jenis berikut :
1. Berangkal (boulders) yaitu potongan batuan yang besar, biasanya lebih besar dari 250 sampai 300 mm. Untuk kisaran ukuran 150 sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut krsskl(cobbles).
2. Kerikil (gravel) yaitu partikel batuan yang berukuran 5 sampai 150 mm.
3. Pasir (sand) yaitu partikel batuan yang berukuran 0,074 sampai 5 mm.
4. Lanau (silt) yaitu partikel batuan dengan ukuran 0,002-0,074 mm.
5. Lempung (clay) yaitu partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang “kohesif”
6. Koloid (colloids) yaiyu partikel mineral yang “diam” berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.
Banyak defosit tanah yang mengandung berbagai persentasi dari partikel-partikel tersebut di atas. Apabila suatu ukuran partikel merupakan defosit yang terbanyak, maka defosit itu akan di beri nama partikel tadi, masalnya pasir, karikil, kerikil kepasiran, lempung dan sebagainya. Suatu pengecualiuan terdapat pada lempung dan lanau, dimana defosit lanau yang dominan dengan kandungan lempung dari 10% sampai 25% disebut “lempung”.
Defosit pasir, kerikil, atau campuran pasir dan kerikil dapat bersifat lepas, sedang, atau padat, berdasarkan kepadatan partikel partikelnya yang dapat ditentukan secara visual atau dengan pengujian bahan dan koloid ini biasanya diam atau tidak kohesif, tetapi mungkin secara ilmiah terikat akibat proses geologi seperti terendam di dasar laut dan timbul kembali, hujan dan dekomposisi bahan-bahan organis di permukaan tanah, dan berbagai faktor lainnya. Mineral lempung merupakan bahan pengikat dalam beberapa defosit dan dalam semua “lempung”.
Defosit tanah kohessif dapat lunak, kaku, keras, dan sebagainya, tergantung pada kadar air waktu itu dan sejarah geologisnya dalam menghasilkan ssetiap penggabungan partikel.
BAB 3
KLASIFIKASI TANAH
Sistem Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan
informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi
sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara
umum mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana
tanah memiliki kesamaan sifat fisis. Sistem klasifikasi bukan merupakan
sistem identifikasi untuk menentukan sifat-sifat mekanis dan geoteknis
tanah. Karenanya, klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang
digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan perancangan konstruksi.
Pada awalnya, metode klasfikasi yang banyak digunakan adalah
pengamatan secara kasat-mata (visual identification) melalui pengamatan
tekstur tanah. Selanjutnya, ukuran butiran tanah dan plastisitas digunakan
untuk identifikasi jenis tanah. Karakteristik tersebut digunakan untuk
menentukan kelompok klasifikasinya. Sistem klasifikasi tanah yang
umum digunakan untuk mengelompokan tanah adalah Unfied Soil
Clasification System (USCS). Sistem ini didasarkan pada sifat-sifat indek
tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran, batas cair dan
indek plastisitasnya. Disamping itu, terdapat sistem lainnya yang juga
dapat digunakan dalam identifikasi tanah seperti yang dibuat oleh
American Association of State Highway and Transportation Officials
Classfication (AASHTO), British Soil Classification System (BSCS).
Klasifikasi Tanah Menurut USCS
Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation
(USBR) dan United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian
American Society for Testing and Materials (ASTM) telah memakai
USCS sebagai metode standar guna mengklasifikasikan tanah. Dalam
bentuk yang sekarang, sistem ini banyak digunakan dalam berbagai
pekerjaan geoteknik.
Dalam USCS, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua kategori
utama yaitu :
1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri atas kerikil
dan pasir yang mana kurang dari 50% tanah yang lolos saringan No.
200 (F200 < 50). Simbol kelompok diawali dengan G untuk kerikil
(gravel) atau tanah berkerikil (gravelly soil) atau S untuk pasir (sand)
atau tanah berpasir (sandy soil).
2. Tanah berbutir halus (fine-grained soils) yang mana lebih dari 50%
tanah lolos saringan No. 200 (F200 ≥ 50). Simbol kelompok diawali
dengan M untuk lanau inorganik (inorganic silt), atau C untuk
lempung inorganik (inorganic clay), atau O untuk lanau dan lempung
organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan
kandungan organik tinggi.
Simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi adalah W untuk gradasi baik
(well graded), P gradasi buruk (poorly graded), L plastisitas rendah
(low plasticity) dan H plastisitas tinggi (high plasticity).
Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar
(subgrade). Karena sistem ini ditujukan untuk pekerjaan jalan tersebut,
maka penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus dipertimbangkan
terhadap maksud aslinya.
Sistem ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1
sampai dengan A-7. Tanah yang terklasifikasikan dalam kelompok A-1,
A-2, dan A-3 merupakan tanah granuler yang memiliki partikel yang lolos
saringan No. 200 kurang dari 35%. Tanah yang lolos saringan No. 200
lebih dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7.
Tanah-tanah dalam kelompok ini biasanya merupakan jenis tanah lanau
dan lempung.Dalam Sistem klasifikasi menurut AASHTO disajikan 5 macam kriteria sebagai berikut ini :
1. Ukuran partikel
a.Kerikil : fraksi yang lolos saringan ukuran 75 mm (3 in) dan
tertahan pada saringan No. 10.
b.Pasir : fraksi yang lolos saringan No. 10 (2 mm) dan tertahan pada
saringan No. 200 (0,075 mm).
c.Lanau dan lempung : fraksi yang lolos saringan No. 200.
2. Plastisitas : tanah berbutir halus digolongkan lanau bila memiliki
indek plastisitas, PI ≤ 10, dan dikategorikan sebagai lempung bila
mempunyai indek plastisitas, PI ≥ 11.
Klasifikasi Tanah Menurut BSCS
Klasfikasi tanah menurut BSCS merupakan Kelompok tanah dalam sistem klasifikasi yang dinyatakan dengan simbol
kelompok yang terdiri atas huruf untuk kelompok utama dan huruf untuk
uraian kualitas. Dalam sistem klasifikasi
ini, batas antara tanah berbutir kasar dan halus adalah 35% fraksi halus.
Sedangkan nilai batas antara lanau dan lempung adalah 65% fraksi halus.
Untuk tanah berbutir halus, klasifikasi didasarkan pula berdasarkan
sifat-sifat konsistensinya yang dibuat dalam grafik plastisitas. Grafik plastisitas ini dibagi dalam lima daerah batas cair.
Empat bagian yang memiliki plastisitas sangat tinggi (I, H, V, dan E)
dapat dikelompokan dalam satu kelompok plastisitas batas atas (U) jika
tidak diperlukan suatu pengelompokan yang lebih detail dan memerlurkan prosedur singkat.
BAB 4
TRANSFORMASI TANAH
Umumnya, setiap cerun tanah mengalami tekanan samada dari daya semulajadi (gravity) atau faktor luaran yang lain. Bahan batuan mungkin mengalami luluhawa menghasilkan retakan yang akhirnya membuka dan memisahkan batuan dari cerun. Partikel-partikel tanah juga boleh menjadi lebih longgar dan terurai mencetuskan pergerakan. Tiga prinsip mekanisma tanah runtuh iaitu jatuhan (falling), gelongsoran (sliding) dan aliran (flowing) yang membawa bahan tanah, batuan, atau campuran batuan dan tanah serta pergerakan tebing.
Kelajuan pergerakan tanah runtuh apabila berlaku kegagalan juga bergantung kepada bahan dan sifat bahan tanah atau batuan dan mekanisma bagaimana ianya berlaku serta kekuatan skalanya. Kelajuan pergerakan runtuhan tanah boleh menjadi:
- Laju atau sangat laju (rapid landslide) dari beberapa saat hingga beberapa minit atau
- Sederhana laju (intermediate landslide) dari beberapa minit hingga beberapa jam atau
- Sangat perlahan (slow landslide) dari beberapa hari hingga bulan atau tahun.
Pergerakan tanah runtuh yang laju biasanya berlaku pada cerun yang curam atau jatuhan batuan atau tanah secara bebas dari tebing yang menegak. Pergerakan tanah secara sederhana atau perlahan pula biasanya bergantung pada cerun yang lebih landai atau mengikut aliran air sungai atau kehadiran kekar pada batuan. Pergerakan tanah runtuh mungkin bermula dari kelajuan yang perlahan tetapi akhirnya menjadi spontan pada tahap kritikal sehingga boleh menyebabkan kemusnahan kepada sekelilingnya.
1. Pergerakan Laju
Contoh pergerakan tanah yang bergerak pantas adalah seperti aliran debris, aliran lumpur dan jatuhan batuan atau tanah. Aliran lumpur boleh mencapai kelajuan sehingga 5km per jam tetapi bergantung kepada jenis bahan peroi halus yang dibawa bersama. Bahan peroi yang berketumpatan bandingan tinggi boleh mengangkut bersama bongkah batuan. Aliaran lahar juga berlaku dengan pergerakan yang pantas membentuk longgokan atau memasuki sungai-sungai atau tasik-tasik.
2. Pergerakan Perlahan
Contoh pergerakan tanah yang perlahan ialah seperti rayapan (creep), glasier (glacier) dan Solifluksi (solifluction). Rayapan adalah pergerakan susutan jisism yang paling perlahan dan berlaku pada cerun yang landai (10 hingga 30 darjah). Pembentukan glasier boleh menyebabkan beban yang besar ke atas tanah atau batuan. Ia adalah sejenis canggaan plastik yang boleh mencapai pergerakan satu hingga dua meter setahun. Akan tetapi, jika ketebalan ais kurang dari 35 meter, pergerakan mungkin tidak berlaku. Solifluksi meliputi pergerakan ketul yang tepu dengan air . Ia disebabkan oleh proses pembekuan dan pencairan ais berganti-ganti.
BAB 5
SIKLUS GEOLOGI
Siklus geologi adalah serangkaian peristiwa yang menyebabkan adanya variasi topografi di permukaan bumi dan variasi distribusi batuan baik secara vertikal (ke dalam) maupun horisontal (ke samping) akibat dari tenaga endogen. Siklus geologi dapat dipaparkan sebagai peristiwa pembentukan, pergerakan lempeng tektonis dari zona-zona pemekaran samudra (sirkum pasifik), serta penghancuran lempeng tektonis pada zona-zona penenggelaman lempeng tektonis (zona subduksi misalnya sebelah barat pantai sumatra, sebelah selatan pantai jawa, dll). Fenomena tersebut menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng samudra yang saling menjauh namun pada akhirnya akan bertemu kembali, menjauh kembali, dan bertemu kembali (siklik). Proses geologis tersebut menyebabkan terjadinya pengangkatan dasar laut di beberapa area namun juga terjadi penenggelaman daratan di area yang lain (misalnya pesisir barat aceh terangkat lebih dari 1 m akibat gempa aceh).
BAB 6
TIPE BATUAN
Kerak bumi terdiri daripada beraneka jenis batu-batan. Tiap-tiap batu-batan ini berbeza daripada yang lainnya, baik tentang corak, bentuk rupa, warna, ketelusan air, cara terjadinya, mahupun kekuatannya menahan kuasa gondolan. Bagi ahli-ahli geologi yang mengkaji kandungan dan perkembangan bumi secara fizikal, pengetahuan tentang batu-batan ini sangatlah penting. Begitulah juga bagi ahli-ahli Geografi. Mereka perlu mempunyai pengetahuan asas tentang jenis jenis batu-batan yang biasa terdapat dan juga hubungannya dengan rupa bumi. Batu-batan juga menjadi asas bagi tanah-tanih dan sedikit sebanyaknya menentukan jenis jenis tumbuhan dan penggunaan tanah-tanih di sesuatu kawasan. Oleh itu kita perlu mengetahui dan mengenal batu-batan yang terdapat di sekeliling kita.
Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan :
(a) kandungan mineral iaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batuan.
(b) tekstur batuan, iaitu saiz dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batuan;
(c) struktur batuan, iaitu susunan hablur mineral di dalam batuan.
(b) tekstur batuan, iaitu saiz dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batuan;
(c) struktur batuan, iaitu susunan hablur mineral di dalam batuan.
1.Batuan Igneus
2.Batuan enapan
3.Batuan Metamorfosis
Batuan Igneus
Batuan igneus terjadi akibat daripada penyejukan dan pembekuan magma dari dalam kerak bumi. Batu ini biasanya berbentuk hablur, tidak berlapis-lapis dan tidak mengandungi fosil. Batu igneus boleh dikelaskan berdasarkan kandungan bahan-bahan logam di dalamnya. Jikalau batuan ini mengandungi lebih banyak silika maka batu itu digolongkan sebagai batuan asid. Sebagai batuan granit, batuan igneus jenis asid ini tidaklah padat dan lebih muda warnanya daripada batuan bes. Batuan bes pula lebih padat dan lebih hitam warnanya kerana banyak mengandungi oksid bes, seperti besi, aluminium dan magnesium. Dari segi asal kejadiannya, batuan igneus boleh dikelaskan kepada dua jenis iaitu :
l. Batuan Igneus Plutonik atau Rejahan - Batu ini adalah batu igneus yang terjadi di bahagian bawah kerak bumi. Penyejukan dan pembekuan cecair ini berlaku secara perlahan-lahan. Oleh kerana itu terjadilah hablur-hablur kasar yang mudah dikenal. Batu jalar dalam ini, umpamanya granit, diorit dan gabro terdedah di permukaan bumi akibat daripada proses gondolan dan hakisan.
2. Batu Gunung Berapi atau Terobosan - Batu gunung berapi adalah batu cecair yang telah melimpah keluar dari gunung berapi sebagai lava. Lava ini membeku dengan cepat di permukaan bumi dan hablur yang dihasilkannyaberbentuk Batu gunung berapi atau batu jalar luar yang biasa terdapat ialah batu basol. Batu basol ini menghasilkan hanyutan lava, litupan lava dan daratan tinggi lava. Setengah-setengah batu basol membeku dengan cara yang luar biasa dan menghasilkan menara-menara batu. Sebahagian daripada lava cair itu mungkin mengalir keluar melalui rekahan-rekahan. Lava cair itu kemudian membeku dalam bentuk daik yang tegak dan sil yang datar.
Kebanyakan batu igneus keras lagi kukuh. Oleh kerana itulah batu igneus biasanya dipecahkan untuk kegunaan membuat jalan raya, tugu-tugu peringatan dan batu-batu nisan yang berukir.
Batu enapan terjadi daripada enapan yang terkumpul di kawasan perairan. Kejadiannya memakan masa yang panjang. Batuan ini dapat dibezakan daripada batuan jenis lain oleh sifat-sifatnya yang berlapis-lapis. Oleh sebab itu batuan ini disebut batu-batan berlapis. Tebal lapisannya berbeza-beza dari beberapa sentimeter hingga ke beberapa meter. Bentuknya kasar atau berbiji-biji halus, mungkin juga lembut atau keras. Bahan-bahan yang membentuk batuan enapan ini mungkin telah diangkut oleh sungai-sungai, glasier, angin atau binatang-binatang. Batuan enapan tidak berhablur dan seringkali mengandungi fosil-fosil binatang, tumbuh-tumbuhan dan hidup-hidupan halus. Batuan enapan inilah yang paling berbeza sekali cara kejadiannya jika dibandingkan dengan batuan lain, batuan enapan dapat dikelaskan berdasarkan umurnya. Berbagai-bagai jenis batu-batan yang terjadi dalam jangka waktu yang sama telah dijeniskan ke dalam satu golongan. Mengetahui sifat-sifat pelbagai jenis batu-batan itu sangatlah penting. Batuan enapan boleh dikelaskan kepada tiga jenis utama dengan berdasarkan kepada asal kejadiannya dan kandungannya iaitu :
1. Batuan enapan yang terjadi secara mekanik - Batuan jenis ini terjadi daripada pemaduan bahan-bahan yang terkumpul daripada batuan yang lain. Batu pasir merupakan batuan enapan yang paling banyak terdapat. Batuan ini terjadi daripada pasir dan kadang-kadang serpihan batu kuarza. Susunan, kandungan dan warnanya sangatlah berbeza-beza. Batu pasir banyak dipecahkan di kuari-kuari untuk kegunaan membuat rumah atau membuat batu penggiling. Batu pasir yang lebih besar dikenal sebagai grit. Apabila batu-batu kelikir yang lebih besar berpadu dengan kukuhnya sehingga menjadi batu besar, maka batuan itu disebut konglomeret (sekiranya bulat) dan brekia (sekiranya bersegi-segi). Batuan enapan yang lebih halus menjadi tanah liat yang banyak digunakan untuk membuat bata, syil atau batu lodak. Pasir dan batu kelikir mungkin terdapat dalam bentuk yang tidak berpadu.
2. Batuan enapan yang terjadi secara organik - Batu ini terjadi daripada bangkai hidup-hidupan yang halus. Contohnya, organisma seperti karang dan kerang yang telah reput dagingnya akan meninggalkan kulit-kulit yang keras. Kebanyakan batu yang terjadi secara ini terdiri daripada jenis kalkeria antaranya termasuklah batu kapur dan kapur. Batu yang mengandungi karbon juga terjadi secara organik. Batuan ini terjadi daripada pemendapan tumbuh-tumbuhan yang telah reput seperti yang terdapat di kawasan paya dan hutan. Batuan di atas memberikan tekanan kepada tinggalan tumbuh-tumbuhan itu dan memampatkannya menjadi jisim karbon yang padat. Akhirnya tinggalan ini menjadi gambut, lignit atau arang batu. Semua bahan-bahan ini sangat tinggi nilainya dari segi ekonomi.
3. Batuan enapan yang terjadi secara kimia - Batu jenis ini terenap melalui tindakan kimia larutan yang berbagai jenis. Natrium klorid (garam batu) berpunca daripada lapisan yang pada satu masa dahulu berada di dasar laut atau tasik. Gipsum atau kulsium sulfat didapati dari penyejatan yang berlaku di tasik-tasik masin seperti Laut Mati yang sangat masin airnya itu. Kalium karbonat dan nitrat juga terjadi dengan cara yang sama.
Batuan Metamorfosis
Tekanan dan haba yang sangat tinggi akan menyebabkan semua batu-batuan, baik batuan igneus mahupun batuan enapan akan bertukar menjadi batuan metamorfosis. Sifat-sifat asal batuan tersebut mungkin berubah oleh kuasa-kuasa tersebut di atas taditerutamanya apabila pergerakan bumi yang sangat kuat berlaku dan dengan cara ini tanah lempung akan berubah menjadi batu loh, batu kapur menjadi batu marmar, batu pasir menjadi kuarzit, batu granit menjadi gneis, syal menjadi syis, arang batu menjadi grafit dan grafit menjadi berlian. Batuan metamorfosis seperti batu marmar dan syis banyak dijumpai di Malaysia. Batu marmar misalnya boleh didapati di Pulau Langkawi dan syis pula boleh didapati di kawasan pergunungan di Sarawak.
Batuan metamorfosis ialah batuan yang telah mengalami perubahan fizikal dan kimia akibat haba dan tekanan yang sangat tinggi. Perubahan fizikal dan kimia yang dimaksudkan itu ialah perubahan dari segi tekstur, struktur dan komposisi mineral batuan. Batuan metamorfosis mungkin berasal daripada batuan igneus, batuan enapan atau batuan metamorfosis yang lain. Suhu yang diperlukan untuk berlakunya proses metamorfisma ialah antara 100°C hingga 800°C. Pada suhu ini batuan masih lagi berkeadaan lembut. Dalam keadaan yang lembut ini, batuan boleh berubah dari segi susunan mineralnya. Hablur dalam mineral pula boleh berubah dari segi saiz dan bentuknya. Komposisi batuan juga boleh berubah akibat tindak balas kimia. Tekanan yang kuat mungkin menghimpit hablur menjadi rata atau panjang. Apabila magma panas mengalir keluar ke permukaan muka bumi ataupun memasuki celah-celah rekahan, batuan kerak bumi yang disentuhnya berubah menjadi batuan metamorfosis. Proses ini dikenali sebagai metamorfisma terma. Batu marmar dan slat bintik terbentuk secara metamorfisma terma ini. Metamorfisma yang berlaku secara besar-besaran adalah metamorfisma serantau. Di kawasan kerak bumi yang pernah mengalami proses pembentukan gunung terdapat batuan metamorfosis seperti syis dan gneis. Hal ini terjadi apabila batuan yang terdapat jauh di dalam kerak bumi mengalami tekanan yang kuat dan haba yang tinggi. Tekanan dan haba yang tinggi menyebabkan batuan mertgalami proses penghabluran semula.
Batuan metamorfosis mempunyai ciri-ciri yang jelas. Kesemua batuan metamorfosis mempunyai struktur berhablur. Batuan metamorfosis mempunyai mineral yang sama seperti batuan igneus, tetapi sering terdapat juga mineral yang hanya terbentuk pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Sesetengah batuan metamorfosis mampat dan menjadi lebih padat akibat tekanan yang sangat tinggi yang dialaminya.
Pemadatan batuan menyebabkan molekulnya menjadi lebih rapat dan isipadu batuan lebih kecil. Sesetengah batuan metamorfosis yang berjalur mempunyai mineral yang tersusun dalam lapisan-lapisan yang selari. Batuan metamorfosis berjalur ini terjadi apabila mineral dalam batuan itu mengalami penghabluran semula atau terhimpit akibat tekanan. Jaluran juga terjadi apabila mineral yang mempunyai kepadatan berlainan terasing lalu membentuk lapisan-lapisan. Contoh batuan berjalur ialah batu loh dan syis. Batuan ini boleh pecah menjadi lapisan-lapisan yang nipis. Batuan metamorfosis tidak berjalur seperti batu marmar dan kuarzit pula tidak boleh pecah kepada beberapa bagian.
BAB 7
PELAPUKAN BATUAN
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
- Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Untuk lebih jelasnya bagaimana perubahan itu, perhatikan baik-baik berikut ini:
a. Akibat pemuaian
b. Akibat Pembekuan Air
c. Akibat perubahan Suhu tiba-tiba
d. Perbedaan Suhu yang besar antara Siang dan Malam
- Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
- Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia.
Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
- Terzaghi, Karl dan Ralph B. PECK. 1993. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa,2nd edition. Jakarta : Erlangga JL. Kramat IV No. 11 Jakarta 10430 (Anggota IKAPI).
- Bowles, Joseph E dan Johan K. Hainin. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), 2nd edition. Jakarta : Erlangga JL. Kramat IV No 11 Jakarta 10430 (Anggota IKAPI).
- Das M. Braja, Noor Endah dan Indrasurya B. Moctar.1985.Mekanika Tanah (Prinsip-Prisip Rekayasa Geoteknis). Surabaya : Erlangga JL. H. Baping Raya No. 100 Ciracas, Jakarta 13740 (Anggota IKAPI).
- Net Dukasi. 2010. Siklus Geologi. www.e-dukasi.net atau http://www.oum.ox.ac.uk/. Accssed on April, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar